shakti.id, SITUBONDO - Masyarakat Pedukuhan Bangka, Desa Kedunglo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo nyaris tak mengenal lagi leluhur yang merupakan tokoh masyarakat setempat pada era kolonial Hindia Belanda, Ganten alias Ju' Ganten. Pasalnya hanya segelintir warga yang berusia lanjut yang mengenal kisah tokoh tersebut. Salah satunya adalah Nursiani (75) , cicit dari Ju' Ganten sendiri.
Kepada shakti.id Nursiani menuturkan jika kakek buyutnya adalah orang kaya di masanya yang memilih tinggal di pedukuhan Bangka.
"Juju' (sebutan bagi kakek buyut dalam bahasa Madura, red) punya banyak lahan pertanian dan dikenal dermawan. Itu kisah dari ibu saya, Bu Asrima. Ibu saya adalah cucu Ju' Ganten. Mbah saya yang merupakan anak dari Ju' Ganten bernama Su adalah orang tua ibu saya," terang Nursiani.
Sebagai juragan, Ju' Ganten memiliki banyak lahan pertanian yang berlokasi di pedukuhan bagian selatan Desa Kedunglo. Tentu saja, para pekerja atau buruh tani Ju' Ganten di era kolonial cukup banyak.
Saking banyaknya lahan milik Ju' Ganten, tak jarang para buruh tani berdatangan untuk meminta pekerjaan. Hal itu membuat Ju' Ganten iba untuk memberikan kesempatan kerja bahkan tak jarang dia memberi upah yang lebih.
Meski kaya, Nursiani mengungkapkan jika Ju' Ganten menampilkan gaya hidup yang sederhana. Peninggalan Ju' Ganten menunjukkan kesederhanaan itu.
"Rumah Ju' Ganten hanya Roma Tabing Tongkok atau Roma Pacenan berlantai tanah. Yang tersisa sekarang bagian tabing dada, sasaka, dipan kayu berukir dan sebuah lemari," ucap Nursiani. (ik)
Tabing dada salah satu komponen Rumah Tabing Tongkok peninggalan Ju' Ganten.
(Foto: I.Kurniadi/shakti.id)
Nursiani, cicit Ju' Ganten kelahiran 1949.
(Foto: I. Kurniadi/shakti.id)