Grafis Informasi Komantan Korong .
(by: Nur Wahid A.Y)
shakti.id, SITUBONDO - Adat istiadat atau prosesi perayaan perkawinan dan khitanan di wilayah Kecamatan Asembagus dan sekitarnya, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur berupa "Komantan Korong" tinggal cerita.
Komantan (Bhs. Madura) berarti Pengantin; Korong (Bhs.Madura) berarti Kurung. Komantan Korong artinya Pengantin yang dikurung.
Hal ini merupakan simbolisasi adanya keterbatasan orang yang dikurung dalam hal tingkah laku serta perbuatan setelah berubahnya status dalam kehidupannya.
Komantan Korong yang merupakan prosesi adat khas Kecamatan Asembagus dan sekitarnya setidaknya sejak era kolonial Hindia Belanda terbagi menjadi 2 jenis yaitu:Komantan Korong Kabinan dan Komantan Korong Sonnatan.
Menurut Irwan Kurniadi, pemerhati budaya Situbondo, Komantan Korong Kabinan berarti prosesi adat sepasang pengantin yang dikurung dengan bilah bambu yang dihias dengan diarak di jalan dengan maksud sebagai pengumuman kepada khalayak ramai. Filosofi kurungan bagi sepasang pengantin agar ada pembatasan baik tingkah laku serta perbuatan karena telah menempuh hidup baru sebagai pasangan hidup berumah tangga.
"Sedangkan Komantan Korong Sonnatan merupakan prosesi adat seorang anak laki-laki atau sepasang anak laki-laki yang hendak dikhitan dikurung dengan bilah bambu yang dihias dengan diarak di jalan dengan maksud sebagai pengumuman kepada khalayak ramai dari masjid hingga ke rumah anak yang dikhitan tersebut," terang Irwan, Kamis (12/12/2024).
Filosofi kurungan bagi anak laki-laki yang dikhitan , tambah Irwan, agar ada pembatasan baik tingkah laku serta perbuatan sehingga tidak nakal dan patuh pada perintah orang tua.
Mengapa punah? Menurut pria kelahiran tahun 1977 itu karena dinamika kesadaran muslim yang kian mengemuka. Di antaranya adalah mengetahui adanya tata cara yang dipandang syirik.
Berdasarkan penggalian informasi yang dihimpun dari berbagai narasumber diketahui tata cara Adat Komantan Korong khususnya kabinan yakni:
1. Mamaca, yakni pembacaan Kitab Nurbhuat Aghung yang berisi kisah-kisah keteladanan oleh seorang pemuka adat disertai pembakaran kemenyan. Maksud dan tujuan mamaca adalah agar pelaksanaan upacara berjalan lancar serta mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengarak pengantin atau pada sepanjang jalan yang telah ditentukan
3. Pemuka adat membakar kemenyan pada dua buah pilar terop dan menaburkan beras kuning pada pihak keluarga perempuan, dengan tujuan agar pelaksanaan upacara pernikahan memperoleh perlindungan Tuhan Yang Maha Esa
4. Keesokan harinya dilangsungkan acara temu pengantin dengan diiringi musik katepongan. Dalam prosesi tersebut ada Sambhit Nyaot, yaitu kedua wakil dari masing-masing mempelai berbicara bersahut-sahutan, diselingi dengan pantun. Pertunjukan lainnya adalah pertunjukan pencak silat, yang mengandung makna keperkasaan suami untuk melindungi istri.
5. Acara cucimuka dilakukan oleh mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki, kemudian acara injak telur, maknanya bahwa segala permasalahan akan dapat diatasi oleh kedua mempelai.
6. Acara sungkeman dilakukan kedua mempelai kepada orang tua dan tokoh setempat dengan maksud memohon doa restu agar rumah tangga yang akan dibina dapat langgeng. Selain itu prosesi diwarnai hiburan terdiri atas kuda kencak dan kentrung.
Namun tatacara tersebut kondisional tergantung arahan pemuka adat yang biasanya memiliki pandangan Islam abangan. (ik)